Rabu, 01 Juli 2009

MELATIH ANAK BERPUASA DI BULAN RAMADHAN
Sebenarnya anak kami, Aflah masih berusia 3 tahun. Namun tahun lalu saya dan suami sepakat untuk melatih anak kami berpuasa diusia sedini mungkin, yaitu diwaktu anak sudah mulai paham kebiasaaan orang tuanya berpuasa di bulan Ramadhan.
Pada mulanya kami hanya melihat Aflah senang sekali bila sore hari saat berbuka puasa, ia mendapati menu yang berbeda dari hari biasanya. Kebetulan menu sederhana kami adalah kolak pisang atau stup buah. Beberapa hari kemudian Aflah sudah terbiasa, bila adzan Magrib berkumandang, ia segera mendekati meja makan dan minta jatah dengan cangkir mungilnya. Lucunya ia tak berani meminta jatah kolaknya sebelum adzan tiba.
Begitupun dengan kebiasaan kami ketika sholat tarawih. Meski belum paham, ia terbiasa kami ajak ke masjid. Saya beri tempat sajadah untuknya dan mengajaknya sholat. Awalnya ia ikuti sholat kami, tapi untuk sholat Tarawih selanjutnya ia kadang hanya duduk, diam atau bahkan tengak-tengok melihat tingkah laku kami. Sering ia juga minta gendong disaat saya sholat atau bahkan tertidur diatas sajadahnya. Tetapi ia tetap saya ajak ke masjid.
Jika hari siang, saya minta pengasuhnya untuk tidak menyuapinya diluar rumah. Juga menunda jadwal makannya lain dari hari biasanya. Misalnya ditunda satu atau dua jam. Saya kenalkan anak dengan kata-kata “berpuasa” dan “bulan Ramadhan” sesering mungkin. Bahkan bila makan sahur tiba Aflah jadi sering ikut bangun dan kami ajak makan sahur bersama. Walau sering menolak karena inginnya minum susu saja, tetapi tetap saya kenalkan istilah “makan sahur” dan “berbuka puasa”. Kadang Aflah juga saya ajak berbuka bersama di masjid dengan teman sebayanya. Meski tidak berpuasa tetapi saya latih ia tidak makan dulu beberapa jam sebelum berbuka. Sehingga ia jadi terbiasa untuk tidak makan dulu sebelum adzan Magrib tiba.
Sungguh bersyukur jika melihat anak tampak riang ketika berbuka dan tidak mengeluh meski jadwal makannya saya tunda. Memang saya banyak tukar pikiran dengan teman-teman pengajian. Salah satu teman pengajian saya, Bu Narsih, memiliki tiga putera yang masih dibawah usia 10 tahun. Alhamdulillah tahun lalu ketiganya mampu menyelesaikan puasa Ramadhan sebulan penuh. Bahkan si bungsu yang masih duduk di TK pun mampu puasa sebulan penuh. Ternyata kiatnya cukup sederhana, yaitu dengan memberikan reward. Anak selalu dipuji, disayang, disambut dengan hidangan istimewa disaat berbuka dan satu lagi, ibu Narsih memberi hadiah 500 rupiah jika puteranya menyelesaikan puasa sampai Magrib. Tetapi jika harus putus puasa maka hanya diberi hadiah 100 rupiah saja. Kiat itupun sering juga terganggu. Misalnya si bungsu sering merengek minta minum, sehingga ibu harus memangkunya, membujuknya dan mengatakan “Hayo mau 500 atau 100” dan anakpun tersenyum berbalik untuk bermain kembali.
Memang kalau sudah demikian saya pun mengalihkan perhatian anak-anak pada gambar atau tayangan televisi yang merangsang keinginan makan dan minum anak. Dengan mengajak anak beraktifitas seperti menggambar, bermain pasir atau apa saja Insya Alloh anak jadi mudah kita didik berpuasa. (Dian MK, Ibu 1 anak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar